Selasa, 04 Juni 2013

PSIKOLOGI DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN


  1. LATAR  BELAKANG  MASALAH
Pendidikan dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar, dan terjadi sepanjang zaman serta mempunyai peranan penting dalam kemajuan hidup umat manusia. Tujuan pendidikan suatu bangsa ditentukan oleh pandangan atau filsafat hidup bangsa. Obyek pendidikan adalah tingkah laku atau kelakuan manusia, maka kegiatan pendidikan dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku atau kelakuan manusia, sehingga kegiatan pendidikan dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku manusia dari satu taraf perkembangan ke taraf perkembangan yang lain.[1]
Pada segi perubahan tingkkah laku inilah terdapat titik-titik temu antara tugas-tugas psikologi dan tugas-tugas pendidikan. Dan dalam hal ini, terhadap pendidikan, sikologi menyediakan jalan baik yang lurus maupun berbelok-belok, baik yang memintas maupun yang tidak, beserta rambu-rambu lalu lintasnya untuk menunjukkan mana jalan yang seyogyanya ditempuh dan mana yang seharusnya tidak dilalui. Oleh karena itu psikologi tidak memaksa pendidikan untuk menempuh jalan tertentu, karena tugas psikologi hanyalah menyediakan jalan. Jalan mana yang dipilih diserahkan kepada pendidikan.[2]
Dari analisa psikologi terhadap sebagian besar tingkah laku manusia, bagian yang paling pegang peranan dalam kegiatan pendidikan adalah tingkah laku belajar. Dan masalah itulah tampaknya sampai sekarang yang merupakan masalah pokok dalam psikologi pendidikan, dan hasil studi psikologi mengenai kedua bidang tersebut mempunyai peranan besar dalam proses pendidikan, khususnya pendidikan formil yang dilaksanakan di sekolah-sekolah.
  1. RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimana Psikologi Pengelolaan Pendidikan?
2.    Apa Saja Peran Psikologi Dalam Pendidikan?
  1. PEMBAHASAN
1.    Psikologi Pengelolaan Pendidikan
Pengelolaan pendidikan profesional diterapkan agar kualitas pendidikan sesuai dengan harapan bersama, kualitas yang ideal sesuai dengan cita-cita besar, yaitu membawa perubahan bagi bangsa dan negara. Para pengelola pendidikan  seyogyanya mempelajari dan mendalami ilmu pengelolaan  agar mampu mengelola pendidikan secara dinamis dan akuntable. Dengan demikian, masyarakat akan semakin percaya terhadap kinerja yang dilakukan. Demokratisasi partisipasi publik, dan ruang bebas menyampaikan aspirasi menjadi salah satu ciri pengelolaan  ideal di era modern sekarang ini.[3]
Pemaknaan secara bahasa memberikan pemahaman bahwa psikologi merupakan ilmu yang mempelajari sesuatu yang bersifat abstrak yaitu jiwa. Padahal, salah satu syarat ilmu adalah memiliki obyek yang amati secara jelas (nyata). Apabila diukur dengan salah satu syarat tersebut dengan obyeknya yang abstrak dalam hal ini jiwa manusia tidak “tepat” bila psikologi  dikatakan ilmu. Jiwa merupakan sesuatu ynag bersifat abstrak dan tidak bisa diamati secara langsung. Yang mungkin untuk diamati dan dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri, yaitu perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingungannya. Sehubungna dengan itu, psikologi harus diartikan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya.  Makna tingkah perilaku dalam pengertian psikologi pendidikan diatas adalah segala kegiatan manusia yang tampak maupun tidak, disadari maupun tidak. Termasuk dalam pengertian perilaku disini adalah cara berbicara, berjalan, berfikir, mengingat, cara melakukan sesuatu, cara bereaksi terhadap sesuatu yang datang dari luar dirinya maupun dari dalam dirinya.[4]
Efektivitas pendidikan dapat dilihat dari sudut prestasi, yaitu mampu menampung masukan yang banyak dan menghasilkan tamatan yang banyak; bermutu dalam arti mampu bersaing dipasaran atau lapangan kerja yang ada dan diperlukan; relevan dalam arti adanya keterkaitan dan kesepadanan dengan kebutuhan masyarakat yang sednag membangun, baik berkenaan dengan ketenagaan maupun dengan ilmu yang dihasilkan; dan mempunyai nilai ekonomis, dlam arti tamatan yang dikeluarkan mempunyai makna ekonomi paling sedikit memperoleh penghargaan yang layak. Efektifitas pendidikan dapat dilihat pula dari sudut proses pendidikan, meliputi kegairahan atau motivasi belajar yang tinggi pada peserta didik.[5]
Efektifitas pendidikan dimaksudkan bahwa dengan memanfaatkan tenaga, fasilitas, dana dan waktu sedikit mungkin mampu menghasilkan banyak, bermutu, relevan, dan bernilai ekonomi tinggi. Efisiensi pendidikan memiliki arti sebagai hubungan antara pendaya gunaan sumber-sumber pendidikan yang terbatas sehingga mencapai optimalisasi yang tinggi.
Pada dasarnya, pendidikan memiliki tujuan yang akan dicapai, dan untuk merealisasikannya perlu didukung oleh kurikulum yang jelas, pembelajaran, ketenagaan(SDM), sarana, dana, informasi dan lingkunga kondusif. Yang dikelola melalui suatu prses sistemik. Dalam kerangka inilah pengelolaan pendidikan memosisikan diri sebagai suatu keseluruhan proses kerja sama antar manusia dalam mengelola sumber daya, sumber dana, dan sumber pendukung lain, melalu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan pengawasan dan kepemimpinan yang cepat untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.[6]
Dari keterangan diatas, produktivitas menjadi kata kunci. Produktifitas lahir dari prinsip efisiensi dan efektivitas. Produktifitas menjadi kata kunci, karena ia menggambarkan kondisi ideal dari aspek manapun. Produktivitas bisa dalam intelektual moral, sosial, dan spiritual. Pruduktivitas adalah lambang kerja keras, kekompakan, komitmen, dan konsistensi dalam menjalankan program. Seorang manager dianggap sukses bila mampu menegmbangkan produktivitas terus menerus, baik secara kuantitas maupun kualitas. Misalnya semakin hari nama sekolah semakin harum, murid yang masuk semakin banyak kualitas pendidikan semakin maju, kedisiplinan guru dan murid bertambah, suasana kompetensi berkembang, karya-karya fiksi dan nonfiksi murid meningkat, prestasi demi prestasi terus terukir indah, dan stabilitas emosi, psikologi, dan politik terkendali dengan baik, tidak ada gejolak yang menggangu dinamika sekolah.
Seorang yang memegang jabatan sebagai manager lembaga pendidikan harus menjadikan produktivitas sebagai parameter kesuksesannya. Tentu, produktivitas tidak lahit tiba-tiba ia membutuhkan kerja keras, perencanaan matang, dan kebersamaan dalam menjalankan program yang disepakati bersama. Satu dengan yang lain harus saling melengkapi untuk menyukseskan kegiatan dan target yang harus terlaksana.
2.    Peran Psikologi Dalam Pendidikan
Dalam interaksi antar-individu ini baik antar guru dengan para siswa maupun antara siswa dengan siswa lainnya, terjad proses dan peristiwa antara siswa dengan siswa lainnya, terjadii proses dan peristiwa psikologi. Peristiwa dan proses psikologis ini sangat perlu untuk dipahami dan dijadikan landasan oleh para guru dalam memperlakukan para siswa secara tepat.[7]
Para pendidik, khususnya para guru sekolah, sangat diharapkan memiliki-kalau tidak menguasai-pengetahuan psikologis pendidikan yang sangat memadai agar dapat mendidik para siswa melalui proses belajar mengajar yang berdaya guna dan berhasil guna. Pengetahuan mengenai psikologi pendidikan bagi guru berperan penting dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan eratnya hubungan antaqra psikologi khusus dengan pendidikan, seerat metodik dengan krgiatan pengajaran.[8]
Pengetahuan yang bersifat sikologis mengenai peserta didik dalam proses belajar dan proses belajar mengajar sesungguhnya tidak hanya diperlukan oleh calon guru atau guru yang sedang bertugas di lembaga-lembaga pendidikan. Para dosen diperguruan tinggi pun, bahkan para orang tua dan mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan informal seperti para kyai di pesantren, para pendeta dan pastur di gereja, dan para instruktur sikologi di lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan, pada prinsipnya jug amemerlukan pengetahuan psikologi pendidikan.
Guna ilmu psikologi pendidikan bagi guru atau calon guru adalah dengan mempelajari ilmu jiwa pendidikan, guru dapat mengetahui hakikat gejala-gejala kejiwaan anak, perkembangan anak, bakat atau pembawaan anak, cara belajar dan membimbingnya serta bagaimana caramengawasi hasil belajarnya yang tepat. Kesemuanya itu dapat menambah hasil guna dan tepat guna, karena terdapat keserasian antara pengajaran yang diberikan denga subjek yang diberi pelajaran. Unsur utama dalam pelaksanaan sebuah sistem pendidikan dimanapun adlah proses belajar mengajar. Ditengah-tengah proses edukatif (bersifat kependidikan) ini tak terkecuali apakah ditempat pendidikan formal atau informal, terdapatseorang tokoh yang disebut guru. Sumber pengetahuan yang dapat membantu atau menolong guru dalam mengelola belajar mengajar tersebut adalah psikologi praktis dan psikologi pendidikan,[9]
Menurut Lidgren, sebagaimana yang dikutip surya (1982), manfaat psikologi  pendidikan ialah untuk membantu para guru dan para calon guru dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai kependidikan dan prosesnya. Semetara itu. Chaplin (1972) menitik beratkan manfaat psikologi pendidikan untuk memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan dengan cara menggunakan metode-metode yang telah disusun secara rapi dan sistematis. Hal ini tercermin dalam ungkapannya:.....the aplication of formalized methods for solving these problems. Tak perlu dibedakan apakh masalah-maalah yang timbul itu dari pihak guru, siswa, atau situasi belajar mengajar yang dihadapi guru dan siswa yang bersangkutan.[10]
Dari dua macam pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa, secara umum psikologi pendidikan merupakan alat bantu yangpenting bagi para penyelengara pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan karena prinsip ynag terkandung dalam psokologi pendidikan dapat dijadikan landasan berpikirdan benrtindak dalam mengelola proses belajar mengajar.sedang proses tersebut, adalah unsur utama dalam pelaksanaansetiap sistem pendidikan. Setidak-tidaknya ada 10 macam kegiatan pendidikan yang banyak memerlukan prinsip-prinsip psikologi, yakni:
1)   Seleksi penerimaan siswa baru
2)   Perencanaan pendidikan
3)   Penyusunan kurikulum
4)   Penelitian kependidikan
5)   Administrasi pendidikan
6)   Pemilihan materi pelajaran
7)   Interaksi belajar mengajar
8)   Pelayanan bimbingan dan penyuluhan
9)   Metodologi mengajar
10)     Pengukuran dan evaluasi.
Dalam menerapkan prinsip-prinsip sikologis tersebut, diperlukan adanya figur-figur guru yang kompeten. Selanjutnya guru yang kompeten dalam perspektif psikologi pendidikan adalah guru yang mampu melaksanakan profesinya secara bertanggung jawab. Adapun guru yang bertanggung jawab adalah guru yang mampu mengelola proses belajar mengajar sebaik-baiknya sesuai dengan prinsip-prinsip-prinsip sikologis.[11]
Psikologi memberikan konstribusi yang besar terhadap pendidikan, diantaranya terhadap pengembangan kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem penilaian:
1)      Pengembangan kurikulum
Kajian psikologi dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan, terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku, dlam konteks belajar mengajar. Psikologi memberikan landasan teoritik terhadap input, proses dan output pendidikan. Kajian psikologi dalam pengembangan kurikulum memandang dari segi keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik di tinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaan maupun karakteristik-karakteristik lainnya.psikologi mendorong kurikulum pendidikan agar memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam hal subjek matter maupun metode penyamapiannya. Dalam pengembangan kurikulum, psikologi merekomendasikan agar isinya memetakan hal-hal penting, yaitu: kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks, pengalaman belajar siswa, hasil belajar, standardisasi kemampuan siswa.[12]
2)      Sistem pembelajaran
Psikologi melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem pembelajaran. Di samping itu, psikologi melahirkan sejumlah prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran.

3)      Sistem penilaian
Penilaian merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan memahami tingkat keberhasilan proses pendidikan. Slah satu fungsi psikologi adalah memberikan pemahaman yang tepat mengenai perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran. Dismaping itu, psikologi memberikan sumbangan nyata dlam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian.
  1. KESIMPULAN
Pemaknaan secara bahasa memberikan pemahaman bahwa psikologi merupakan ilmu yang mempelajari sesuatu yang bersifat abstrak yaitu jiwa. Pengelolaan pendidikan profesional diterapkan agar kualitas pendidikan sesuai dengan harapan bersama, kualitas yang ideal sesuai dengan cita-cita besar, yaitu membawa perubahan bagi bangsa dan negara. Guna ilmu psikologi pendidikan bagi guru atau calon guru adalah dengan mempelajari ilmu jiwa pendidikan, guru dapat mengetahui hakikat gejala-gejala kejiwaan anak, perkembangan anak, bakat atau pembawaan anak, cara belajar dan membimbingnya serta bagaimana caramengawasi hasil belajarnya yang tepat. secara umum psikologi pendidikan merupakan alat bantu yang penting bagi para penyelengara pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan karena prinsip ynag terkandung dalam psokologi pendidikan dapat dijadikan landasan berpikirdan benrtindak dalam mengelola proses belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Asmani ,Jamal Makmur.  Manajemen Pengelolaan Dan Kepemimpinan Pendidikan Profesional.  Jogjakarta: Diva Press.  2009.
Dalyono, M. Psikologi Pendidika., Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1997.
Mahmud.  Psikologi Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung:  Rosda Karya.  2007.
Walgito, Bimo dkk.  Peran Psikologi Di Indinesia. yogyakarta: Pustaka Pelajar.  2000


[1] Bimo Walgito dkk., Peran Psikologi Di Indinesia, yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000, hal.93
[2] Ibid, hal. 94
[3] Jamal Makmur Asmani, Manajemen Pengelolaan Dan Kepemimpinan Pendidikan Profesional,  Jogjakarta: Diva Press, 2009, hal. 69-70
[4] Mahmud, Psikologi Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010, hal. 14
[5] Ibid, hal.79
[6] E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,Bandung: Rosda Karya, 2007, hal.11-13
[7] M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997, hal. 19
[8] Ibid,  hal. 19
[9] Ibid,  hal. 21-22
[10] Ibid, hal. 22
[11] Ibid, hal. 22-23
[12]Op.Cit., Mahmud, hal. 16-17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar