- LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan
dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar, dan terjadi sepanjang zaman serta
mempunyai peranan penting dalam kemajuan hidup umat manusia. Tujuan pendidikan
suatu bangsa ditentukan oleh pandangan atau filsafat hidup bangsa. Obyek
pendidikan adalah tingkah laku atau kelakuan manusia, maka kegiatan pendidikan
dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku atau kelakuan manusia, sehingga
kegiatan pendidikan dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku manusia dari satu
taraf perkembangan ke taraf perkembangan yang lain.[1]
Pada segi
perubahan tingkkah laku inilah terdapat titik-titik temu antara tugas-tugas
psikologi dan tugas-tugas pendidikan. Dan dalam hal ini, terhadap pendidikan,
sikologi menyediakan jalan baik yang lurus maupun berbelok-belok, baik yang
memintas maupun yang tidak, beserta rambu-rambu lalu lintasnya untuk
menunjukkan mana jalan yang seyogyanya ditempuh dan mana yang seharusnya tidak
dilalui. Oleh karena itu psikologi tidak memaksa pendidikan untuk menempuh
jalan tertentu, karena tugas psikologi hanyalah menyediakan jalan. Jalan mana
yang dipilih diserahkan kepada pendidikan.[2]
Dari analisa
psikologi terhadap sebagian besar tingkah laku manusia, bagian yang paling
pegang peranan dalam kegiatan pendidikan adalah tingkah laku belajar. Dan
masalah itulah tampaknya sampai sekarang yang merupakan masalah pokok dalam
psikologi pendidikan, dan hasil studi psikologi mengenai kedua bidang tersebut
mempunyai peranan besar dalam proses pendidikan, khususnya pendidikan formil
yang dilaksanakan di sekolah-sekolah.
- RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Psikologi
Pengelolaan Pendidikan?
2. Apa Saja Peran
Psikologi Dalam Pendidikan?
- PEMBAHASAN
1. Psikologi
Pengelolaan Pendidikan
Pengelolaan
pendidikan profesional diterapkan agar kualitas pendidikan sesuai dengan
harapan bersama, kualitas yang ideal sesuai dengan cita-cita besar, yaitu
membawa perubahan bagi bangsa dan negara. Para pengelola pendidikan seyogyanya mempelajari dan mendalami ilmu
pengelolaan agar mampu mengelola
pendidikan secara dinamis dan akuntable. Dengan demikian, masyarakat akan
semakin percaya terhadap kinerja yang dilakukan. Demokratisasi partisipasi
publik, dan ruang bebas menyampaikan aspirasi menjadi salah satu ciri
pengelolaan ideal di era modern sekarang
ini.[3]
Pemaknaan
secara bahasa memberikan pemahaman bahwa psikologi merupakan ilmu yang
mempelajari sesuatu yang bersifat abstrak yaitu jiwa. Padahal, salah satu
syarat ilmu adalah memiliki obyek yang amati secara jelas (nyata). Apabila
diukur dengan salah satu syarat tersebut dengan obyeknya yang abstrak dalam hal
ini jiwa manusia tidak “tepat” bila psikologi
dikatakan ilmu. Jiwa merupakan sesuatu ynag bersifat abstrak dan tidak
bisa diamati secara langsung. Yang mungkin untuk diamati dan dikaji adalah
manifestasi dari jiwa itu sendiri, yaitu perilaku individu dalam berinteraksi
dengan lingungannya. Sehubungna dengan itu, psikologi harus diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Makna tingkah perilaku
dalam pengertian psikologi pendidikan diatas adalah segala kegiatan manusia
yang tampak maupun tidak, disadari maupun tidak. Termasuk dalam pengertian
perilaku disini adalah cara berbicara, berjalan, berfikir, mengingat, cara
melakukan sesuatu, cara bereaksi terhadap sesuatu yang datang dari luar dirinya
maupun dari dalam dirinya.[4]
Efektivitas
pendidikan dapat dilihat dari sudut prestasi, yaitu mampu menampung masukan
yang banyak dan menghasilkan tamatan yang banyak; bermutu dalam arti mampu
bersaing dipasaran atau lapangan kerja yang ada dan diperlukan; relevan dalam
arti adanya keterkaitan dan kesepadanan dengan kebutuhan masyarakat yang sednag
membangun, baik berkenaan dengan ketenagaan maupun dengan ilmu yang dihasilkan;
dan mempunyai nilai ekonomis, dlam arti tamatan yang dikeluarkan mempunyai
makna ekonomi paling sedikit memperoleh penghargaan yang layak. Efektifitas
pendidikan dapat dilihat pula dari sudut proses pendidikan, meliputi kegairahan
atau motivasi belajar yang tinggi pada peserta didik.[5]
Efektifitas
pendidikan dimaksudkan bahwa dengan memanfaatkan tenaga, fasilitas, dana dan
waktu sedikit mungkin mampu menghasilkan banyak, bermutu, relevan, dan bernilai
ekonomi tinggi. Efisiensi pendidikan memiliki arti sebagai hubungan antara
pendaya gunaan sumber-sumber pendidikan yang terbatas sehingga mencapai
optimalisasi yang tinggi.
Pada dasarnya,
pendidikan memiliki tujuan yang akan dicapai, dan untuk merealisasikannya perlu
didukung oleh kurikulum yang jelas, pembelajaran, ketenagaan(SDM), sarana,
dana, informasi dan lingkunga kondusif. Yang dikelola melalui suatu prses
sistemik. Dalam kerangka inilah pengelolaan pendidikan memosisikan diri sebagai
suatu keseluruhan proses kerja sama antar manusia dalam mengelola sumber daya,
sumber dana, dan sumber pendukung lain, melalu perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan pengawasan dan kepemimpinan yang cepat untuk mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien.[6]
Dari
keterangan diatas, produktivitas menjadi kata kunci. Produktifitas lahir dari
prinsip efisiensi dan efektivitas. Produktifitas menjadi kata kunci, karena ia
menggambarkan kondisi ideal dari aspek manapun. Produktivitas bisa dalam
intelektual moral, sosial, dan spiritual. Pruduktivitas adalah lambang kerja
keras, kekompakan, komitmen, dan konsistensi dalam menjalankan program. Seorang
manager dianggap sukses bila mampu menegmbangkan produktivitas terus menerus,
baik secara kuantitas maupun kualitas. Misalnya semakin hari nama sekolah
semakin harum, murid yang masuk semakin banyak kualitas pendidikan semakin
maju, kedisiplinan guru dan murid bertambah, suasana kompetensi berkembang,
karya-karya fiksi dan nonfiksi murid meningkat, prestasi demi prestasi terus
terukir indah, dan stabilitas emosi, psikologi, dan politik terkendali dengan
baik, tidak ada gejolak yang menggangu dinamika sekolah.
Seorang yang
memegang jabatan sebagai manager lembaga pendidikan harus menjadikan
produktivitas sebagai parameter kesuksesannya. Tentu, produktivitas tidak lahit
tiba-tiba ia membutuhkan kerja keras, perencanaan matang, dan kebersamaan dalam
menjalankan program yang disepakati bersama. Satu dengan yang lain harus saling
melengkapi untuk menyukseskan kegiatan dan target yang harus terlaksana.
2. Peran Psikologi
Dalam Pendidikan
Dalam interaksi antar-individu ini baik antar guru dengan
para siswa maupun antara siswa dengan siswa lainnya, terjad proses dan
peristiwa antara siswa dengan siswa lainnya, terjadii proses dan peristiwa
psikologi. Peristiwa dan proses psikologis ini sangat perlu untuk dipahami dan
dijadikan landasan oleh para guru dalam memperlakukan para siswa secara tepat.[7]
Para pendidik, khususnya para guru sekolah, sangat
diharapkan memiliki-kalau tidak menguasai-pengetahuan psikologis pendidikan
yang sangat memadai agar dapat mendidik para siswa melalui proses belajar
mengajar yang berdaya guna dan berhasil guna. Pengetahuan mengenai psikologi
pendidikan bagi guru berperan penting dalam menyelenggarakan pendidikan di
sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan eratnya hubungan antaqra psikologi khusus
dengan pendidikan, seerat metodik dengan krgiatan pengajaran.[8]
Pengetahuan yang bersifat sikologis mengenai peserta didik
dalam proses belajar dan proses belajar mengajar sesungguhnya tidak hanya
diperlukan oleh calon guru atau guru yang sedang bertugas di lembaga-lembaga
pendidikan. Para dosen diperguruan tinggi pun, bahkan para orang tua dan mereka
yang berkecimpung dalam dunia pendidikan informal seperti para kyai di
pesantren, para pendeta dan pastur di gereja, dan para instruktur sikologi di
lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan, pada prinsipnya jug
amemerlukan pengetahuan psikologi pendidikan.
Guna ilmu psikologi pendidikan bagi guru atau calon guru
adalah dengan mempelajari ilmu jiwa pendidikan, guru dapat mengetahui hakikat
gejala-gejala kejiwaan anak, perkembangan anak, bakat atau pembawaan anak, cara
belajar dan membimbingnya serta bagaimana caramengawasi hasil belajarnya yang
tepat. Kesemuanya itu dapat menambah hasil guna dan tepat guna, karena terdapat
keserasian antara pengajaran yang diberikan denga subjek yang diberi pelajaran.
Unsur utama dalam pelaksanaan sebuah sistem pendidikan dimanapun adlah proses
belajar mengajar. Ditengah-tengah proses edukatif (bersifat kependidikan) ini
tak terkecuali apakah ditempat pendidikan formal atau informal, terdapatseorang
tokoh yang disebut guru. Sumber pengetahuan yang dapat membantu atau menolong
guru dalam mengelola belajar mengajar tersebut adalah psikologi praktis dan
psikologi pendidikan,[9]
Menurut Lidgren, sebagaimana yang dikutip surya (1982),
manfaat psikologi pendidikan ialah untuk
membantu para guru dan para calon guru dalam mengembangkan pemahaman yang lebih
baik mengenai kependidikan dan prosesnya. Semetara itu. Chaplin (1972) menitik
beratkan manfaat psikologi pendidikan untuk memecahkan masalah-masalah yang
terdapat dalam dunia pendidikan dengan cara menggunakan metode-metode yang
telah disusun secara rapi dan sistematis. Hal ini tercermin dalam
ungkapannya:.....the aplication of formalized methods for solving these
problems. Tak perlu dibedakan apakh masalah-maalah yang timbul itu dari
pihak guru, siswa, atau situasi belajar mengajar yang dihadapi guru dan siswa
yang bersangkutan.[10]
Dari dua macam pendapat diatas dapat kita simpulkan
bahwa, secara umum psikologi pendidikan merupakan alat bantu yangpenting bagi
para penyelengara pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan karena prinsip ynag terkandung dalam psokologi pendidikan dapat
dijadikan landasan berpikirdan benrtindak dalam mengelola proses belajar
mengajar.sedang proses tersebut, adalah unsur utama dalam pelaksanaansetiap
sistem pendidikan. Setidak-tidaknya ada 10 macam kegiatan pendidikan yang
banyak memerlukan prinsip-prinsip psikologi, yakni:
1)
Seleksi penerimaan siswa baru
2)
Perencanaan pendidikan
3)
Penyusunan kurikulum
4)
Penelitian kependidikan
5)
Administrasi pendidikan
6)
Pemilihan materi pelajaran
7)
Interaksi belajar mengajar
8)
Pelayanan bimbingan dan penyuluhan
9)
Metodologi mengajar
10)
Pengukuran dan evaluasi.
Dalam menerapkan prinsip-prinsip sikologis tersebut,
diperlukan adanya figur-figur guru yang kompeten. Selanjutnya guru yang
kompeten dalam perspektif psikologi pendidikan adalah guru yang mampu
melaksanakan profesinya secara bertanggung jawab. Adapun guru yang bertanggung
jawab adalah guru yang mampu mengelola proses belajar mengajar sebaik-baiknya
sesuai dengan prinsip-prinsip-prinsip sikologis.[11]
Psikologi
memberikan konstribusi yang besar terhadap pendidikan, diantaranya terhadap
pengembangan kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem penilaian:
1)
Pengembangan kurikulum
Kajian psikologi dalam kaitannya dengan pengembangan
kurikulum pendidikan, terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku,
dlam konteks belajar mengajar. Psikologi memberikan landasan teoritik terhadap
input, proses dan output pendidikan. Kajian psikologi dalam pengembangan
kurikulum memandang dari segi keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik
di tinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaan
maupun karakteristik-karakteristik lainnya.psikologi mendorong kurikulum
pendidikan agar memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk berkembang
sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam hal subjek matter maupun
metode penyamapiannya. Dalam pengembangan kurikulum, psikologi merekomendasikan
agar isinya memetakan hal-hal penting, yaitu: kemampuan siswa melakukan sesuatu
dalam berbagai konteks, pengalaman belajar siswa, hasil belajar, standardisasi
kemampuan siswa.[12]
2)
Sistem pembelajaran
Psikologi melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem
pembelajaran. Di samping itu, psikologi melahirkan sejumlah prinsip yang
melandasi kegiatan pembelajaran.
3)
Sistem penilaian
Penilaian merupakan salah satu aspek penting dalam
pendidikan memahami tingkat keberhasilan proses pendidikan. Slah satu fungsi
psikologi adalah memberikan pemahaman yang tepat mengenai perkembangan perilaku
apa saja yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan
atau pembelajaran. Dismaping itu, psikologi memberikan sumbangan nyata dlam
pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama
setelah dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat
kecerdasan, bakat maupun kepribadian.
- KESIMPULAN
Pemaknaan
secara bahasa memberikan pemahaman bahwa psikologi merupakan ilmu yang
mempelajari sesuatu yang bersifat abstrak yaitu jiwa. Pengelolaan pendidikan
profesional diterapkan agar kualitas pendidikan sesuai dengan harapan bersama,
kualitas yang ideal sesuai dengan cita-cita besar, yaitu membawa perubahan bagi
bangsa dan negara. Guna ilmu psikologi pendidikan bagi guru atau calon guru
adalah dengan mempelajari ilmu jiwa pendidikan, guru dapat mengetahui hakikat gejala-gejala
kejiwaan anak, perkembangan anak, bakat atau pembawaan anak, cara belajar dan
membimbingnya serta bagaimana caramengawasi hasil belajarnya yang tepat. secara
umum psikologi pendidikan merupakan alat bantu yang penting bagi para
penyelengara pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
karena prinsip ynag terkandung dalam psokologi pendidikan dapat dijadikan
landasan berpikirdan benrtindak dalam mengelola proses belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Asmani ,Jamal Makmur.
Manajemen Pengelolaan Dan
Kepemimpinan Pendidikan Profesional.
Jogjakarta: Diva Press. 2009.
Dalyono, M. Psikologi Pendidika., Jakarta: PT.
Rineka Cipta. 1997.
Mahmud. Psikologi
Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Rosda Karya. 2007.
Walgito, Bimo dkk. Peran Psikologi Di Indinesia. yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2000
[3] Jamal Makmur
Asmani, Manajemen Pengelolaan Dan Kepemimpinan Pendidikan Profesional, Jogjakarta: Diva Press, 2009, hal. 69-70
Tidak ada komentar:
Posting Komentar